BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Preeklampsia
merupakan penyakit dengan tanda-tanda hipertensi dan edema serta proteinuria
yang timbul karena kehamilan yang umumnya terjadi setelah usia 20 minggu atau
lebih awal yang hampir selalu terjadi pada primigravida dimana rahim untuk
pertama kalinya menerima hasil pembuahan yang dapat menimbulkan reaksi terhadap
kehamilan. Seorang wanita yang sudah menderita preeklampsia ringan lebih besar
peluang untuk menderita preklampsia berat pada kehamilan berikutnya yang dapat
menyebabkan tingginya morbilitas dan mortalitas terhadap ibu dan janinnya
(Mochtar R, 1998, hal.201).
Penyebab
preeklampsia belum diketahui sampai sekarang secara pasti, bukan hanya satu
faktor melainkan banyak faktor dan besarnya kemungkingan preeklampsia akan
menimbulkan komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian. Akan tetapi untuk
mendeteksi preeklamsi sedini mungkin dengan melalui antenatal secara teratur
mulai semester I sampai trimester III dalam upaya mencegah preeklampsia menjadi
lebih. berat.
B. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui pengertian
preeklampsia dan eklamsia
2. Untuk mengetahui penyebab preeklampsia dan eklamsia
3. Untuk mengetahui klafisifikasi preeklampsia dan eklamsia
4. Untuk mengetahui Patalogi Preeklampsia
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan preeklampsia dan
eklamsia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Preeklampsia dan Eklamsia
Pengertian Preeklampsia
Menurut Beberapa Pendapat :
a. Preeklampsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai
dengan proteinuria, oedema ataupan keduanya yang terjadi akibat kehamilan
minggu ke 20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan
hidatiformis yang luas pada villi korialis (Cunningham Mac Donald, 1955, hal
35).
b. Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda
hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan, tetapi dapat
terjadi sebelumnya misalnya pada molahidatidosa (Sorwono Prawiroharjo, 2002,
hal. 281).
c.
Preeklampsia merupakan
kumpulangejala yang timbul pada ibu hamil,bersalin dan masa nifas yang terdiri
dari trias: hipertensi, proteinuria dan edema kadang-kadang disertai konvulsi
sampai koma (Muchtar Rustam, 1998, hal.99).
Hipertensi
Dalam Kehamilan adalah keadaan dimana tekanan darah diastolik minimal 90 mmHg
atau tekanan diastolik 15 mmHg atau kenaikan sistolik sebesar 30 mmHg.Tekanan
darah harus paling sedikit dua kali dengan selang waktu 6 jam.
B. Penyebab Preeklampsia dan Eklamsia
Penyebab preeklampsia sampai sekarang
ini belum diketahui secara pasti, diduga sebagai salah satu penyebabnya yaitu:
1) Vasopasmus,
walaupun bukan merupakan penyebab primer akan tetapi vasopasmus ini akan
menimbulkan berbagai gejala yang menyertai eklampsia.
2) Teori
lain yang banyak dikemukakan sebagai penyebab preeklampsia adalah ischemia
plasenta.
3) Keturunan
atau faktor gen.
Jika
ada riwayat preeklampsia/eklampsia pada ibu, faktor resiko meningkat sampai 25%
dan bila ada sifat resesif, yang ditentukan genotip ibu dan janin.
4) Teori
Angiotensin
Pengeluaran
renin dari ginjal mengakibatkan perubahan menimbulkan gejala yang menyertai
preeklampsia yaitu adanya peningkatan darah.
C. Klasifikasi Preeklampsia
Klasifikasi
Preeklampsia dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
Preklampsia Ringan
1. Tekanan
140/90 mmHg atau lebih diukur pada posisi kenaikan distolik 15 mmHg atau lebih.
Agar kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih, cara pengukuran sekurang-kurangnya 2
kali pem dengan jarak rem 6 jam.
2. Edema
pada umumnya kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau
lebih per minggu.
3. Proteinuria
0,3 gram atau lebih perliter dengan tingkat kualitas positif 1 sampai 2 pada
urine keteter.
Preeklampsia berat
1. Tekanan
sistolik 160 mmHg atau lebih atau tekanan diastolik 10 mmHg atau lebih.
2. Proteinuria
5 gram atau lebih dalam 24 jam.
3. Oliguria, yaitu jumlah urine kurang dari 500 CC per 24
jam.
4.
Terdapat oedema paru atau
sianosis (Mochtar Rustam,
1998, hal.201).
D. Perubahan Patofisilogi Preeklampsia
1.
Pada preeklampsia terjadi
spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsis
ginjal ditemukan spasme yang hebat pada arteriola glomerolus.Pada beberapa
kasus,lumen arteriola mengecilsehingga hanya dap[at dilalui oleh satu sel darah
merah.Jadi jika spasme arteriola ditemukan di seluruh tubuh maka dapat
dimengerti bahwa tekanan darah yang meningkat merupakan usaha untuk mengatasi
kenaikan tahanan perifer,agar oksigenasi jarintan dapat dicukupi.Sedangkan
kenaikan berat badan dan edema di sebabkan oleh penimbunan air,sedangkan
proteinuria disebabkan oleh spssme arteriola sehingga terjadilah perubahan pada
glomerolus. (Mochtar Rustam,1998 hal.199)
2.
Vasospasme merupakan dasar
patofisiolagi preeklampsia dan eklampsia. Penyempitan vaskuler menyebabkan
hambatan aliran darah yang menerangkan proses terjadinya hipertensi.
Kemungkinan vasospasme juga membahayakan pembuluh darah sendiri karena
peredaran darah dalam vasa vasorum terganggu, sehingga terjadi kerusakan
vaskuler.Lebih lanjut angiotensin II tampaknya mempengaruhi langsung sel
endotel dengan membuatnya berkontraksi. Semua faktor ini dapat menimbulkan
kebocoran sel endotel,sehingga melalui kebocoran tersebut, unsur-unsur
pembentuk darah seperti trombosit dan fibrinogen tertimbun pada lapisan sub
endotel. Perubahan vaskuler yang disertai dengan hipoksia pada laringan
setempat dan sekitarnya diperkirakan menimbulkan perdarahan, nekrosis dan
kelainan organ akhir lainnya yang sering dijumpai pada preeklampsia berat.
(Williams,1995, hal. 779).
E. Penatalaksanaan
pre – eklamsia dan eklamsia
Tujuan penatalaksanaan tetap berupa :
pencegahan konvulsi, pengendalian hipertensi yang berat dan tindakan melahirkan
janin serta plasenta.
·
Penatalaksanaan awal pre
eklasmsia yang rinan atau sedang mungkin bukan terapi farmakologis. Tirah
baring yang disertai denganpemantaun yang cermat dirumah atau dirumah sakit
dapat diperti,mabngkan. Melalui redistribusi sentral aliran darah, tirah baring
akan memperbaiki perfusi darah plasenta, ginjal, jantung, otak serta hati dan
menghilangkan keadaan iskemia. Posisi lateral kiri mungkin sudah optimal. Bila
tirah baring akan dilaksanakan, resiko terjadinya kelainan tromboemboli perlu
dipertimbangkan.
·
Diet yang mengandung 2 g
natrium atau 4 -6 g NaCL yang cukup. Dalam kehamilan banyak membuang garam
melalui ginjal, tettapi pertumbuhan
janin justru membutuhkan banyak garam, bila konsumsi garam dibatasi dapat di
imbangi dnegan konsumsi susu atau air buah.
·
Diet
diberiakan sukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam
·
Tidak
diberikan obat diuretik dan sadatif (Sorwono Prawiroharjo, 2010, hal. 544).
Pemberian Magnesium Sulfat (MgSO4)
a. Farmakodinamik
·
Magnesium sulfat lebih cepat
dan efektif.
·
Magnesium sulfat pemberian
melalui intravena
b. Farmakokinetik
§ 4
gram Magnesium Sulfat (MgSO4)
§ Absorpsinya
mudah diserap dari tempat ijeksi, dalam pemberian suntik intramuskuler yang
dalam ( regoi gluts) atau suntikan intravena dengan efek yang cepat.
§ Distribusi,
magnesium sulfat akan melintasi palsenta dan mengenai janin, sawar darah atau
sawar otak.
§ Eliminasi,
di ginjal waktu paruh eliminasi magnesium adalah 4 jam pada kehamilan, tetpai
waktu tersebut akan lebih lama lagi jika laju filtrasi glomerulus mengalami
penurunan.
c. Indikasi
§ Pre
eklamsia dan eklamsia
d. Kontra
indikasi
§ Ibu
hamil dengan penyakit renal, hepar, atau pernafasan dan penyakit jantung atau
miastenia gravis
e. Dosis
§ 4
gram Magnesium Sulfat (MgSO4) : intravena ( 40 % dalam 10 cc )
selama 15 menit
§ Kalsium
glukonas 10 % = 1 g ( 10 % dalam 10 cc ) diberikan intravena 3 menit. ( bila
terjadi intoksikasi )
f.
Efek samping
Efek samping ( pada
ibu )
§ Serangan
eklamspia
§ Bradikardia,
pelebaran kompleks, blok jantung, nyeri dada dan akhirnya henti jantung atau
edema paru.
§ Mengganggu
pembnetukan fibrin dalam koagulasi.
§ Menghambat
kontraksi sketlet
§ Hipoksia
§ Penglihatan
kabur, mual dan bicara pelo
§ Dieresis
osmotic
§ Menurunkan
frekuensi kontraksi rahim.
§ Hipokslsemia
Efek samping ( pada
neonatus )
§ Depresi
pernafasan pada neonates akan meningkat jjika magnesium diberikan dalam waktu dua
jam sebelum melahirkan.
§ Penghambatan
dalam pemberian ASI, jika bayi mengalai hipermagnesemia(Sue Jordan, 2004. 228 –
242).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Hipertensi Dalam Kehamilan
adalah keadaan dimana tekanan darah diastolik minimal 90 mmHg atau tekanan
diastolik 15 mmHg atau kenaikan sistolik sebesar 30 mmHg.Tekanan darah harus
paling sedikit dua kali dengan selang waktu 6 jam. Dengan kenaikan tekanan
darah di ikuti proteinurin dimananadanya 300 mg protein dalam urin selama 24
jam disertai odeme pada tungkai itu menrupakan tanda dari pre eklamsia.
·
Penatalaksanaan preklamsia
a. Preklamsia
ringan
Anjurkan ibu untuk
beristirahat yang cukup dan selulu anjurkan ibu untuk tirah baring memebantu
dalam peredaran darah, diet dan tidak diberikanobat diuretic dan sadatif.
b. Preklamsia
berat
Pemberian magnesium sulfat
dapat mencegah serangan kejang lebih lanjut pada keaadaan eklamsia yang sudah
ditegakkan,
B. Saran
·
Sebagai mahasiswa kebidanan
semoga dengan makalah ini dapat membantu kita untuk mengatahui preklamsia dan
eklamsia.
DAFTAR PUSTAKA
|
Jordan
sue, 2004, “ farmakologi kebidanan “, penerbit buku kedokteran. EGC. Jakarta
Mochtar
Rustam, 1998, “Sinopsis dan Patologi”,
Yayasan Bina Pustaka, EGC, Jakarta.
Prawirohardjo
Sarwono, 2002, “Ilmu Kebidanan”,
Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.