Allahu Akbar

Allahu Akbar

Rabu, 21 Desember 2011

PERAN BIDAN SEBAGAI FASILITATOR


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang

Peranan bidan yang tampak nyata  adalah sebagai role model masyarakat, sebagai anggota masyarakat, advocatoar motivator, educator dan motivator,fasilitator, tentunya kompetensi seperti ini yang akan dikembangkan lebih lanjut melalui pendidikan dan pelatihan bagi para bidan. Peranan yang harus di lihat sebagai “main idea” untuk membentuk sebuah peradaban dan tatanan seebuah pelayanan kesehatan. Tuntutan professional diseimbangkan dengan kesejahteraan bidan daerah terpencil. Pemerintah telah mencanangkan mengangkat bidan sebagai PNS. Suatu langkah aktif dalam rangka menyongsong peningkatan pelayanan di daerah terpencil.
Peran bidan mengacu pada keputusan Menkes RI no. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan. Bidan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya ibu hamil, melahirkan dan senantiasa berupaya mempersiapkan ibu hamil sejak kontak pertama saat pemeriksaan kehamilan memberikan penyuluhan tentang manfaat pemberian ASI secara berkesinambungan sehingga ibu hamil memahami dan siap menyusui anaknya.
B.     Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian  bidan sebagai fasilitator
2.      Untuk mengetahui peran bidan sebagai fasilitator











BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Peran Bidan Sebagai Fasilitator
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan kebidanan yang diakui dan mendapatkan lisensi untuk melaksanakan praktik kebidanan.
Bidan Sebagai Fasilitator adalah bidan memberikan bimbingan teknis dan memberdayakan pihak yang sedang didampingi (dukun bayi, kader, tokoh masyarakat) untuk tumbuh kembang ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan
Fasilitas juga diartikan sebagai proses sadar, sepenuh hati dan sekuat tenaga membantu kelompok sukses meraih tujuan terbaiknya dengan taat pada nilai-nilai dasar partisipasi (PNPM Mandiri,2008).
Pendamping adalah petugas yang ditunjuk untuk memfasilitasi dan melakukan aktifitas bimbingan kepada masyarakat untuk melalui tahapan – tahapan dalam sebuah program pembangunan.
B.  Peran Bidan Sebagai Fasilitator
Peran bidan sebagai fasilitator adalah bidan memberikan bimbingan teknis dan memberdayakan pihak yang sedang didampingi (dukun bayi, kader, tokoh masyarakat) untuk tumbuh kembang ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan
Nilai - nilai universal dalam fasilitasi :
·         Demokrasi
·         Tanggung Jawab
·         Kerjasama
·         Kejujuran
·         Kesamaan Derajat
Keberhasilan pelaku pemberdayaan dalam memfasilitasi proses pemberdayaan juga dapat diwujudkan melalui peningkatan partisipasi aktif masyarakat. Fasilitator harus terampil mengintegritaskan tiga hal penting yakni optimalisasi fasilitasi, waktu yang disediakan, dan optimalisasi partisipasi masyarakat. Masyarakat pada saat menjelang batas waktu harus diberi kesempatan agar siap melanjutkan program pembangunan secara mandiri. Sebaliknya, fasilitator harus mulai mengurangi campur tangan secara perlahan.
Sebagai tenaga ahli,fasilitator sudah pasti dituntut untuk selalu terampil melakukan:
Persoalan yang diungkapkan masyarakat saat problem solving tidak secara otomatis harus dijawab oleh fasilitator tetapi bagaiman fasilitator mendistribusikan dan mengembalikan persoaln dan pertanyaan tersebut kepada semua pihak (peserta atau masyarakat ). Upayakan bahwa pendapat masyarakatlah yang mengambil alih keputusan. Hal yang penting juga untuk diperhatikan pelaku pemberdayaan sebagai fasilitator harus dapat mengenali tugasnya secara baik. Peran fasilitator. Pendamping mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan, menkondisikan iklim kelompok yang harmonis, serta memfasilitasi terjadinya proses saling belajar dalam kelompok

Peran Fasilitator
Fasilitator selaku ketua daalam pelaksanaan memiliki peran sebagai berikut:
a.        Memfasilitasi pembentukan Desa Siap Antar Jaga diwilayahnya masing-masing.Disini fasilitator berperan dalam pembentukan Desa Siaga di wilayahnya.
b.      Melakukan penggalangan solidaritas masyarakat untuk berperan dalam pelaksanaan Desa Siap Antar Jaga. Disini fasilitator  membantu mengembangkan UKBM serta hal-hal yang terkait lain, contohnya PHBS, dana sehat, tabulin, dasolin dan ambulan desa.
c.       Mendorong anggota masyarakat untuk mampu mengungkapkan pendapatnya dan berdialog dengan sesama anggota masyarakat, tokoh/ pemuka masyarakat, petugas kesehatan, serta unsur masyarakat lain yang terlibat dalam pelaksanaan Desa Siap Antar Jaga. Fasilitator Desa Siaga membantu dalam memecahkan setiap permasalahan yang ada di wilayahnya secara musyawarah bersama.
d.      Melakukan koordinasi pelaksanaan Desa Siap Antar Jaga secara berkesinambungan.
Fasilitator setiap bulan melakukan pertemuan dengan kader dan tokoh masyarakat lainnya.
e.        Menjadi penghubung antara masyarakat dengan sarana pelayanan kesehatan.
Fasilitator membantu tenaga kesehatan dalam pelaksanaan Desa Siaga di wilayahnya.
Peran Fasilitator Dusun (Bidan atau Kader)
Fasilitator selaku ketua dalam pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga memiliki peran sebagai berikut:
a.    Melakukan penggalangan solidaritas masyarakat untuk berperan dalam pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga.
b.    Mendorong anggota masyarakat untuk mampu mengungkapkan pendapatnya dan berdialog dengan sesama anggota masyarakat, tokoh/ pemuka masyarakat, petugas kesehatan, serta unsur masyarakat lain yang terlibat dalam pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga.
c.    Melakukan koordinasi pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga.

Upaya pemberdayaan masyarakat atau penggerakan peran aktif masyarakat melalui proses pembelajaran yang terorganisasi dengan baik melalui proses fasilitasi dan pendampingan.
Kegiatan pendampingan dan fasilitasi diarahkan pada :
a. Pengidentifikasian masalah dan sumber daya
b. Diagnosis dan perumusan pemecahan masalah
c. Penetapan dan pelaksanaan pemecahan
d. Pemantauan dan evaluasi kelestarian
Berkaitan dengan jangka waktu keterlibatan fasilitator (pelaku pemberdayaan ) dalam mengawali proses pemberdayaan terhadap warga masyarakat, Sumodiningrat (2000) menjelaskan bahwa, pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu mandiri, dan kemudian dilepas untuk mandiri, meskipun dari jauh tetap dipantau agar tidak jatuh lagi. Meskipun demikian dalam rangka menjaga kemandirian tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi, dan kemampuan secara terus menerus supaya tidak mengalami kemunduran
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan











ANASTESI LOKAL


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang

Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. (Wikipedia, 2007)
Penggunaan anastesi lokal untuk pencegahan rasa sakit selama operasi, dimulai lebih dari 100 tahun yang lalu sewaktu Kaller (1884) seorang opthalmologist di Wina, mencatat kegunaan dari kokain suatu ester dari asam para amino benzoat (PABA), dalam menghasilkan anstesi korneal. (Rusda, 2004)
Anastesi injeksi yang pertama adalah ester lain dari PABA yaitu Procaine yang disintesa oleh Einhorn pada tahun 1905. Obat ini terbukti tidak bersifat addiksi dan jauh kurang toksik dibanding kokain. Ester-ester lain telah dibuat termasuk Benzocaine, Dibucaine, Tetracaine dan Chloroprocaine, dan semuanya terbukti sedikit toksisitasnya, tetapi kadang-kadang menunjukkan sensitisasi dan reaksi alergi. (Rusda, 2004)
Penelitian untuk anastesi lokal terus berlangsung sehingga banyak obat-obat dengan berbagai keuntungan dapat digunakan pada saat ini. Oleh sebab itu, sebagai mahasiswa kedokteran harus mempelajari bagaimana memilih jenis obat anastesi lokal yang akan digunakan dan cara penggunaannya. Obat – obat anastsi lokal dikembangkan dari kokain yang digunakan untuk pertama kalinya dalam kedokteran gigi dan oftalmologi pada abad ke – 19. Kini kokain sudah diganti dengan lignokain ( lidokain ), buvikain ( marccain ), prilokain dan ropivakain. Prilokain terutama digunakan dalam preparat topical.
B.   Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1.    Untuk mengetahui Pengertian Anastesi Lokal
2.    Untuk mengetahui Struktur  Anastesi Lokal
3.    Untuk mengetahui Mekanisme Kerja
4.    Untuk mengetahui Efek samping obat anastesi lokal
5.    Untuk mengetahui Nama – Nama Obat Dalam Anastesi Lokal
























BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Anastesi Lokal
Anestetik lokal ialah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara local pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Anastetik local sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen. Kebanyakan anastetik local memenuhi syarat ini. Batas keamanan harus lebar, sebaba anastetik lokal akan diserap dari tempat suntikan. Mula kerja harus sesingkat mungkin, sedangkan masa kerja harus cukup lama sehingga cukup waktu untuk melakukan tindakan operasi, tetapi tidak demikian lama sampai memperpanjang masa pemulihan. Zat anastetik local juga harus larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat disterilkan tanpa mkengalami perubahan.
B.     Struktur  Anastesi Lokal
Struktur dasar dari anastesi lokal terdiri dari tiga bagian, yakni suatu gugus amino hidrofil ( sekunder atau tersiaer ) yang dihubungkan oleh suatu ikatan ester ( alcohol ) atau amaida dengan gugus aromatis lipofil. Semakin panjang gugus alkoholnya maka semakin besar daya anatesiknya, tetapi toksinitasnya juga meningkat.
Anastesi lokal dapat digolongkan secara kelompok sebagai berikut :
a.  Senyawa ester : kokain dan ester – PABA (tetrakain, benzokain, kokain, prokain)
b.  Senyawa amida : dibukain, lidokain, prilokain,  mepivakain
c.   Lainnya : fenol, benzialkohol, etilklorida
d.  Semua obat tersebut diatas adalah sintetris kecuali kokain yang alami.
Anestesi lokal ideal
·      Tidak merusak jaringan secara permanen
·      Batas keamanan lebar
·      Onset cepat
·      Durasi lambat
·      Larut air
·      Stabil dalam bentuk larutan
·      Tidak rusak karena proses penyaringan
C.    Mekanisme Kerja
Anastesi lokal menghilangkan rasa dengan jalan beberapa cara. Misalnya dengan cara menghindarkan untuk sementara  pembentukan dan trasmisi implus melalui sel saraf ujungnya. Seperti juga alcohol dan barbital, anastesi lokal menghambat penerusan implus dengan cara menurunkan permebilitas membrane sel saraf untuk ion – natrium yang perlu bagi fungsi saraf yang layak. Hal ini disebabkan adanya persaingan dengan ion kalsium yang berada berdekatan dengan membran neuron. Pada waktu yang bersamaan, akibat turunnya laju depolarisasi, ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat laun meningkat, sehingga akhirnya terjadi kehilangan rasa setempat secara resevibel.
D.    Efek samping obat anastesi lokal
Pemberian obat anestesi lokal memiliki efek samping yang potensial sama tanpa bergantung pada cara pemberian. Bidan harus memehami efek samping samping obat anestesi lokal ketika obat in diberikan lewat jalur epidural atau spinal.
Efek samping obat anestesi lokal berhubungan dengan kerjanya, khususnya kemampuannya untuk menghambat hantaran implus dalam jaringan yang dapat tereksitasi. Obat – obatan anestesi lokal akan menyekat saluran cepat ion natrium padasemua jaringan penghantar implus, yaitu :
·         System saraf pusat
·         System pernafasan
·         Jantung dan system kardiovaskuler
·         imuologi
·         Depresi Otot polos
·         Otot sketlet.
a.      System saraf pusat
System saraf pusat sangat sangat rentan terhadap toksisitas anastesi lokal dan merupakan tempat tanda – tanda pertanda dari overdosis ada pasien terjaga. Gejala awal adalah mati rasa circumoral, paresthesia lidah, dan pusing. Keluhan sensory  mungkin termasuk tinnitus dan penglihatan kabur. Tanda – tanda rangsang ( kegelisahan, agitasi, paranoia) sering mendahului depresi system saraf pusat ( bebicara cadel, mengantuk, pingsan) berkedut otot pembawa timbulnya kejang tonik – klonik. Dengan penurunan aliran darah otak dan paparan obat, benzodiazepines dan hiperventilasi meningkatkan ambang kejang yang disebabkan anastesi lokal.  
b.      System pernafasan
Lidokain menekan drive hipoksia ( respon ventilasi untuk PaO2 rendah ). Apne dapat hasil dari kelumpuhan saraf frenik dan interkostal atau depresi pusat pernafasan medural berikut kontak lansung dengan agen anestesi lokal ( sindrom apne postretrobulbar). Anastesi lokal rilrks otot polos bronchial, lidokain intravena ( 1.5 mg/kg ) dapat memblokir refleks bronkokonstriksi kadang – kadang dikaitkan dengan intubasi. Lidokain diberikan sebagai aerosol suatu dapat menyebabkan bronkospasme pada beberapa pasien dengan penyakit saluran napas reaktif.
c.      Jantung dan System kardiovaskuler
Secara umum, semua bius lokal menekan otomatisitas miokard ( fase depolarisasi IV spontan ) dan mengurangi durasi periode refraktori. Kontraktilitas miokard dan kecepatan konduksi juga tertekan pada kontrasi yang lebih tinggi. Hasil ini efek dari peubahan langsung membrane otot jantung ( natrium blockade saluran jantung ) dan penghambat system saraf otonom. Semua anatesi lokal kecuali kokain menghasilkan relaksasi otot polos, yang menyebabkan beberapa derajat vasodilatasi arteriol. Kombinasi berikutnya dari bradikardi, blok jantung, dan hipotensi dapat berujung pada serangan jantung. Mayor toksisitas kardiovaskuler biasanya membutuhkan sekitar tiga kali konsentrasi darah yang menghasilkan kejang.
d.      Imunoligi 
Golongan ester menyebabkan reaksi alergi lebih sering, karena merupakan derifat para amnino benzoic acids ( PABA ) yang dikenal sebaga allergen. PABA ini dapat menediakan efek anti bakteri dari sulfonamide yang berdasarkan antagonism persaingan dengan PABA, oleh karena itu terapi dengan sulfa tidak boleh dikombinasikan dengan penggunaan ester – ester tersebut. Toksisitas sangat bergantung pada :
·         Jumlah larutan yang disuntukan
·         Kosentrasi obat
·         Ada tidaknya adrenalin
·         Vaskularisasi tempat suntikan
·         Absorpsi obat
·         Laju destruksi obat
·         Hipersensitivitas
·         Usia
·         Keadaan umum
·         Berat badan
e.      Depresi Otot polos
Kontrasi uterus, usus dan kandung kemih akan tertekan oleh kerja obata – obat anastesi lokal. Inhibisi kandung kemih biasanya menimbulkan restensi urin, tetapi sebaliknya inkontinensia urine da fases mungkin saja terjadi. Analgesia epidural akan disertai dengan peningkatan resiko retensi urin postpartum. Masalah yang potensial dlam jangka pendek dan jangka panjang yang timbul akibat kateterisasi urine yang berkali – kali tidak boleh.
Sejumlah peniliti telah menunjukan bila obat anestesi lokal diberikan secara epidural maka :
·      Kala satu dan dua ersalinan cenderung berlangsung lebih lama ( perbedaan rerata anatara anastesi epidural dan pemberian opoid adalah 42 dan 14 menit )
·      Dilatasi serviks berjalan lenih lambat
·      Pemberian oksitosin memerlukan disis dua kali lipat
·      Malposisi janin lebih sering terjadi
·      Kemungkinan secsio cecarea karena distosia menjadi lebih besar
·      Perlahiran bayi dengan alat menjadi dua hingga empat kali
Obat – obat anastesi lokal memperpajang masa persalinan dengan :
·      Menimbulkan relaksasi otot – otot dasar panggul
·      Mengurangi refleks mengejan
·      Mengurangi upaya bayi untuk mendorong bayinya lahir
·      Bekerja langsung pada otot rahim dengan menurunkan tonus otot
·      Mengurangi pelepasan oksitosin secara pulsatile dari kelenjar hipofisi posterior.
v  Efek anastesi lokal pada neonates. Dalam pemberian obat anastesi lokal secara epidural dapt memberikan efek neurobehavioural yang tidak jelas pada neonates yang tidak terdeteksi pada usia 18 bulan. System auditorius pada neonates dapat mengalami ganggguan sepintas, namun setiap efek samping neurobehavioural tidak merintangi pmberian ASI.
Penggunaan analgesia epidural  akan meningkatkan resiko hipoglikemia neonatal, takipnea dan gangguan pada metabolism lipid. Tindakan analgesia epidural pada neonates memberikan kemungkinan yang lebih kecil bagi neonates untk memiliki nilai APGAR yang rendah pada waktu lima menit atau memerlukan nalokson jika dibandingkan dengan kemungkinan yang terjadi setelah pepmberian opoid.
v  Kewaspadaan dan kontraindkasi
Kewaspadaan dan kontraindikasi pada penggunaan oba anastesi lokal
·         Obat anestesi lokal tidak boleh digunakan pada pasien dengan riwayat alergi terhadap setiap obat anastesi yang secara kimia yang ada hubungannya terhadap konstituen yang membentuk obat tersebut.
·         Pemberian anastesi lokal tidak dianjurkan ibu hamil atau pasien baru saja mengalami perdarahan karena respon kardiovaskuler terhadap kehilangan darah tersebut akan terganggu.
·         Obat anastesi lokal harus diberikan dengan hati – hati sekali jika terpaksa digunakan didaerah yang mengalami inflamasi.
·         Obat anastesi lokal harus digunakan dengan hati – hati pada : blok jantung atau gangguan hantaran jantung, epilepsy, penyakit hati atau ginjal, riwayat hipertermia, gangguan respirasi dan laktasi.
E.     Nama – Nama Obat Dalam Anastesi Lokal
1.    Prokain
a.  Farmakodinamik
·      Dosisi 100 – 800 mg : analgesic ringan efek maksimal 10 – 20 ‘ hilang setelah 60 ‘
·      Dhirolisis menjadi PABA ( para amino binzoic acid ) dapat menghambat kerja sulfonamid.
b.  Farmakokinetik
·      Absorpsi PABA ( para amino binzoic acid ) dan dietilaminoetanol
Hidrolisisnya cepat oleh enzim plasma  ( prokain esterase )
·      PABA Di eksresikan dalam urin ( dalam bentuk utuh dan tergonjugasi )
c.   Indikasi
·      Anastesi infitrasi, blok saraf, epidural, kaudal dan spinal
·      Geriatric : perbaikan aktivitas seksual dan fungsi kelenjar endokrin
d.  Kontra indikasi
Pemberian intravena untuk penderita miastenia gravis karena prokain menghasilkan derajat blok neuromuskuler.
e.  Dosis : 15 mg/kg BB
·      Untuk infitrasi : larutan 0.25 – 0.5 % dosis maksimumnya 1000 mg.
·      Onset : 2- 5 menit, durasi 30 – 60 menit.
·      Bisa ditambah adrenalin ( 1 : 100.000 atau 1 : 200.000)
·      Dosis untuk epidural ( maksimum ) 25 ml larutan 1.5% . Untuk kaudal 25 ml larutan 1.5%. spinal analgesia 50 – 200 mg. tergantung efek yang diinginkan lamanya 1 jam.
2.    Lidokain ( lignocain, xylocain, lidonest )
a.    Farmakodinamik
·         Anestesi lokal kuat. Terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih ekstensif dari pada prokain.
·         Larutan lidokain o.5 % adalah anastesi infiltrasi, 1 – 2 % ; nastesi blok dan topical.
·         Efektif tanpa vasokontraktor, kcepatan absorpsi dan toksitas, masa keja lebih pendek.
b.    Farmakokinetik
·         Absorpsinya mudah diserap dari tempat ijeksi
·         Dapat tembus sawar darah otak
·         Metabolism : di hati , eksresinya di urin
c.    Indikasi
·         Injeksi : anastesi infitrasi, blok saraf anestesi epidural, kaudal dan mukosa
·         Anest infitrat : larutan .025 % – 0.50% dengan atau tanpa  adrenalain
·         Kedok gigi : larutan 1 – 2 % lidokain dengan adrenalin
·         Anest permukaan, anest kornea mata ( lidokain 2 % + adrenalin )
d.    Kontra indikasi
Iritabilitas jantung
e.    Efek samping
Efek samping lidokain biasanya berkaitan dengan efek terhadap SSP, misalnya mengantuk, pusing, parestesia, gangguan mental, koma, dan seizures. Lidokain dosis berlebihan dapat menyebabkan kematian akibat fibrilasi ventrikel, atau oleh henti jantung.
f.     Dosis
·         Kosentrasi efektif minimal 0.25 %.
·         Infitrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi otot cukup baik.
·         Kerja sekitar 1 – 1.5 juam tergantung konsetrasi larutan.
·         Larutan standar 1 atau 1.5% untuk blok perifer.
·         0.25 % - 0.5 % + adrenalin 200.000 untu infitrasi.
·         0.5 % untuk blok sensorik tanpa blok motorik.
·         1 % untuk blok motorik dan sensorik
·         2 % untuk blok motorik pasien yang berotot (muscular)
·         4% atau 10 % untuk topical semprot faring – laring
·         5 % bentuk jeli untuk dioleskan di pipa trakea
·         5 % lidokain dicampur prilokain untuk topical kulit.
·         5 % hiperbarik untuk analgesia intratekal
3.    Bupivakain (marcain)
Secara kimia dan farmakologis mirip lidokain. Toksisitas setaraf dengan tetrakain. Untuk infiltrasi dan blok saraf perifer dipakai larutan 0.25 – 0.75%. Dosisi maksimal 200mg. Duration 3 – 8 jam, kosentrasi efekti minimal 0.125 %. Mulai kerja lebih lambat disbanding lidokain. Setelah suntik kaudal, epidural, atau infiltrasi, kadar plasma puncak dicapai dalam 45 menit. Kemudian menurun perlahan – lahan dalam 3 – 8 jam. Untuk anastesi spinal 0.5% volume antara 2 – 4 ml iso atau hiperbarik. Untuk blok sensorik epidural 0.375% dan pembedahan 0.75%.
4.    Kokain
Hanya dijumpai dalam bentuk topical semprot 4 % untuk mukosa jalan napas atas. Lama kerja 2 – 30 menit.

















BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Istilah anestesia dikemukakan pertama kali oleh Oliver Wendell Holmes, yang artinya “tidak ada rasa sakit”. Istilah ini menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan.
Analgesia adalah pemberian obat untuk menghilangkan nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran pasien.
Anestesia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
·           Anestesia lokal hilang rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran
·           Anestesia umum → hilang rasa sakit disertai hilang kesadaran
Anestetik lokal atau penghilang rasa setempat adalah obat yang pada penggunaan lokal merintangi secara reversibel penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal rasa panas atau dingin. Banyak persenyawaan lain juga memiliki daya kerja demikian, tetapi efeknya tidak reversibel dan menyebabkan kerusakan permanen terhadap sel-sel saraf.
Kriteria yang harus dipenuhi untuk suatu jenis obat yang digunakan sebagai anestetikum lokal, antara lain;
·           Tidak merangsang jaringan
·           Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf.
·            Toksisitas sistemik rendah.
·           Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lendir.
·           Mulai kerjanya sesingkat mungkin, tetapi bertahan cukup lama dan dapat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga terhadap pernapasan (sterilisasi).

B.  Saran
·         Sebagai mahasiswa, semoga dengan makalah ini dapat membantu kita sebagai mahasiswa dapat mengatahui Preklamsia dan Eklamsia
·         Sebagai petugas kesehatan, memberikan asuhan yang baik untuk ibu saat masa nifas.





















DAFTAR PUSTAKA

Latief A said, dkk. 2007. Anstesi lokal. Peteunjuk praktis anastesiologi,
  edisi 2, Penerbit Falkultas Kedokteran Unifersitas Indonesia. Jakarta

Jordan sue, 2004, “ farmakologi kebidanan “, penerbit buku kedokteran. EGC. Jakarta

Adilah noer. 2007. Anstesi lokal. : :http://www.medicastore.com/apotik-online/obat-bius-lokalhtm.


 SITTI NURLIANTI